News86 – Sociopreneur merupakan adalah seseorang/sekelompok yang berusaha menggunakan berbagai cara bisnis untuk mengatasi masalah bersama. Tujuan dari pelaksanaan sociopreneur ialah semua penduduk, termasuk penyandang disabilitas, lansia, perempuan, anak, dan kelompok rentan lain, mendapatkan akses pemberdayaan inklusif. Hal tersebut sejalan dengan prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), no one left behind.

R-Show Goes to Mandalika hadir mengusung tema “Praktik Baik Membangun Negeri Melalui Sociopreneurship”. R-Show Goes to Mandalika menekankan pada pentingnya data sosial ekonomi dan data penyandang disabilitas yang berkualitas untuk mewujudkan pembangunan sosial ekonomi yang inklusif. Pembangunan inklusif menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, serta mengurangi kesenjangan antarkelompok dan wilayah. Para sociopreneur dan penggerak pemberdayaan masyarakat melalui sociopreneurship hadir dalam R-Show Goes to Mandalika untuk berbagi pengalaman dalam praktik pembangunan inklusif melalui sociopreneurship.
Kegiatan ini merupakan rangkaian edukasi dan sosialisasi pendataan Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian PPN/Bappenas dan beberapa kementerian/lembaga lain sekaligus berpartisipasi untuk menyemarakkan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) yang dimulai dari 25 November 2022 (Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan), 3 Desember 2022 (Hari Disabilitas Internasional 2022), serta Hari HAM Internasional pada 10 Desember 2022.
Indonesia membutuhkan basis data yang kuat dengan cakupan seluruh penduduk tanpa terkecuali (leaving no one behind). Basis data yang terintegrasi dan mutakhir dibutuhkan sebagai acuan dalam perencanaan dan penganggaran berbasis bukti bagi pemerintah pusat dan daerah hingga ke tingkat desa/kelurahan.
Kebutuhan data untuk mereformasi sistem perlindungan sosial dan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrim diimplementasikan melalui Regsosek sesuai amanat Presiden RI dalam Pidato Kenegaraan APBN Tahun Anggaran 2023 tanggal 16 Agustus 2022. Pelaksanaan Regsosek merupakan titik utama dalam perjalanan panjang Indonesia menuju Sistem Perlindungan Sosial yang lebih komprehensif, inklusif, dan adaptif terhadap berbagai guncangan ekonomi, kesehatan, sosial, dan alam.
Dalam R-Show Goes to Mandalika Kepala Bappeda Provinsi NTB Iswandi menyampaikan bahwa Regsosek diharapkan mampu mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Iswandi berharap dengan adanya praktik-praktik baik membangun negeri yang disajikan dalam R-Show Goes to Mandalika bisa menginspirasi masyarakat NTB untuk mencapai kegemilangan sebagaimana perencanaan yang sudah dirancang dan diupayakan realisasinya.
Sedangkan Lalu Hasbuwadi, Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi NTB, mengatakan bahwa memberdayakan dan meningkatkan kapasitas pembangunan di Provinsi NTB merupakan hal yang sangat penting. Provinsi NTB memiliki potensi desa wisata yang cukup besar. Ia berharap desa wisata yang ada di Provinsi NTB bisa ditingkatkan, sejalan juga dengan peningkatan sektor UMKM. Hingga saat ini, terdapat 3 sektor UMKM yang menjadi fokus pemerintah setempat, yaitu: kuliner, kriya, dan fesyen.
Sektor-sektor tersebut merupakan sektor ekonomi kreatif yang terus distandardisasi agar bisa mandiri dan menjadi produk yang dapat menembus pasar global. R-Show Goes to Mandalika juga menjadi bagian dari wadah promosi untuk memperkenalkan produk dan pariwisata yang ada di Mandalika dan NTB agar semakin dikenal.

Sementara itu,Bupati Lombok tengah,Haji Lalu Pathul Bahri, yang juga turut hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa keberadaan wisata dapat meningkatkan perekonomian yang ada di Provinsi NTB, khususnya Kabupaten Lombok Tengah yang ia pimpin. Kesenjangan ekonomi yang ada di Kabupaten Lombok Tengah dapat teratasi dengan baik melalui usaha pemerintah daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan membantu usaha kecil menengah agar dapat semakin maju.
Plh. Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Maliki, menambahkan bahwa banyak wilayah di Pulau Lombok memiliki potensi besar. Pulau Lombok dapat menjadi alternatif lokasi penyelenggaraan bagi kegiatan besar yang biasanya diselenggarakan di Pulau Bali. Ia juga menekankan bahwa Regsosek merupakan hasil sinergi berbagai lembaga guna mempercepat Indonesia memiliki satu data untuk memberdayakan masyarakat yang ada. “Jika kita memiliki satu data yang sama, maka kita memiliki satu visi untuk memberdayakan dan memberikan kesempatan bagi warga untuk meningkatkan kemampuannya, hal ini tidak terkecuali bagi penyandang disabilitas,” tuturnya.
Melalui sociopreneurship dan penggunaan satu data bersama diharapkan bisa mengakselerasi peningkatan ekonomi bagi seluruh sektor yang ada.Saat ini memang ekonomi sudah berangsur-angsur membaik, namun perlu diperhatikan bahwa perlu adanya peningkatan dimana belum semua meerasakan peningkatan ekonomi seperti penyandang disabilitas, ibu rumah tangga dan remaja dengan pendidikan tertinggal.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan sistem pendataan ekonomi juga dapat membawa 100 tahun Indonesia menjadi negara yang maju.
Inovasi kegiatan sociopreneur khususnya bagi penyandang disabilitas telah dilakukan di berbagai daerah seperti Semarang dan Jakarta, melaluiBatik Kultur (Dea Falensia). Batik Kultur ini memperkejakan para peyandang disabilitas dan sudah sampai ke kancah Internasional. 7,04 juta jiwa penyandang disabilitas ini sangat memotivasi karena dapat memberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas.Pemerintah mendirikan BAZNAS salah satunya Difabis sebagai sarana bagi para penyandang disabilitas untuk dapat terus berkarya, berkreatifitas dan membangun usaha.
Pada segmen pertama, Adhika Prakoso, Co-founder Kopi Tuli, bercerita tentang bisnis kuliner yang digagasnya. Melalui Kopi Tuli, ia memberdayakan kelompok disabilitas tuli. Kopi Tuli dibangun dengan tujuan membuktikan bahwa kekurangan bukan hambatan dalam melakukan kegiatan tertentu. Setelah melalui riset panjang, akhirnya berdirilah Kopi Tuli dengan ciri khas yaitu menggunakan bahasa isyarat.
Saat ini Kopi Tuli memiliki 6 pegawai tuli. Selain memberdayakan teman tuli, Kopi Tuli juga memberikan pelatihan seperti barista, accounting, dan lain sebagainya sehingga setiap individu tidak hanya memiliki 1 keahlian melainkan beberapa keahlian. Hal yang menarik dari Kopi Tuli adalah desain bisni yang menciptakan ruang interaksi antara teman tuli dan teman.
Siti Rodiah, Ketua Gerkatin Bidang Kepemudaan, mengapresiasi UMKM yang melibatkan disabilitas dalam proses bisnisnya. Hal tersebut menjadi kesempatan yang baik bagi para penyandang disabilitas untuk memiliki kemampuan yang sama dengan non disabilitas. Siti menginginkan adanya kesetaraan dan suasana yang inklusif. Ia ingin tidak ada perbedaan cara pandang hanya karena cara komunikasi yang berbeda yaitu berbicara menggunakan bahasa isyarat. Namun demikian, banyak teman tuli di wilayah 3T yang belum terjamah sehingga belum bisa diberdayakan. Harapannya, dengan adanya pendataan Regsosek, Gerkatin mendapatkan data berapa banyak teman tuli yang menganggur dan kurang sejahtera sehingga dapat diberdayakan.
Nasrin, Pengusaha Teh Kelor Kidom Mendunia, menyebutkan bahwa inovasi menjadi pisau runcing optimalisasi produk UMKM. Dengan kemasan yang lebih menarik, ternyata tidak sedikit permintaan dari pembeli luar negeri yang ingin bekerja sama untuk memasarkan Teh Kelor Kidom Mendunia di negara asal mereka.
Nasrin mengemukakan bahwa dengan adanya usaha teh ini dapat memberikan lapangan pekerjaan baru dan mempromosikan bahwa kelor memiliki berbagai khasiat yang banyak bagi tubuh.
Imam B. Prasodjo, Sosiolog Universitas Indonesia yang turut hadir dalam talkshow kali ini menegaskan bahwa sociopreneurship merupakan penggabungan konsep bisnis dengan isu sosial.
Seorang sociopreneur harus berani mengambil risiko dan berusaha keras untuk memberikan dampak positif melalui berbagai inisiatif yang dilakukannya. Jika bisnis pada umumnya berusaha mengejar profit setinggi-tingginya, sociopreneurship lebih menekankan pada unsur isu sosial daripada keuntungan semata.
Ke depan pengelolaan dan pemanfaatan data perlu berbasis teknologi agar dapat dimanfaatkan untuk pemetaan digital untuk memberikan informasi yang lengkap bagi berbagai pihak. Pergerakan data yang berisikan informasi terkait kondisi, persebaran, dan jenis-jenis penduduk dan kegiatan sosial lainnya akan memudahkan untuk menganalisis strategi pembangunan ke depan.
More Stories
Mahkamah Agung Batalkan Permendagri Nomor 93 Tahun 2017,Dusun Nambung Resmi Masuk Wilayah Lombok Tengah
ITDC Gelar Road to Ramadhan Kareem The Mandalika 2023
Demi Tingkatkan Kinerja, PDAM Loteng ikuti Workshop Aplikasi Penilaian Kinerja Mandiri BPKP